Dari Kehilangan Menuju Kebangkitan: Jepang Menargetkan Web3 untuk Mencari Kebangkitan Ekonomi
Sebagai ekonomi terbesar ketiga di dunia, Jepang menghadapi banyak tantangan dalam beberapa tahun terakhir. Pandemi COVID-19 yang berulang, krisis utang yang semakin parah, dan masalah penuaan populasi membuat ekonomi Jepang terhambat. Untuk mencari titik pertumbuhan baru, Jepang kini mengalihkan perhatian ke teknologi internet generasi baru yang diwakili oleh Web3, berharap dapat mengulangi keajaiban lonjakan ekonomi di masa lalu.
Perkembangan Ekonomi Jepang yang Naik Turun
Melihat kembali perjalanan perkembangan ekonomi Jepang, dapat dilihat proses yang terus menerus hancur dan dibentuk kembali. Setelah Perang Dunia II, ekonomi Jepang sempat terjebak dalam kekacauan, tetapi berkat intervensi pemerintah yang kuat dan peluang yang dibawa oleh Perang Korea, Jepang dengan cepat bangkit dan menciptakan keajaiban pertumbuhan ekonomi yang mencolok. Pada tahun 1960-an, laju pertumbuhan ekonomi Jepang sempat mencapai 11,3%, menduduki posisi kedua di antara negara-negara Barat.
Sejak itu, Jepang mulai menerapkan strategi internasionalisasi, dengan struktur industri secara bertahap beralih ke bidang yang padat teknologi. Namun, pada awal 90-an, pecahnya gelembung ekonomi menyebabkan Jepang terjebak dalam stagnasi jangka panjang. Untuk menghadapi krisis, Jepang mempercepat langkah ekspansi globalnya, sekaligus meningkatkan investasi dalam penelitian dasar, dengan fokus pada pengembangan teknologi inti. Setelah tiga puluh tahun berkembang, meskipun Jepang tidak dapat mencapai pertumbuhan tinggi lagi, negara ini telah menjadi ekonomi terbuka yang matang dan mempertahankan posisi terdepan di beberapa sektor manufaktur kelas atas.
Kekurangan dalam Perkembangan Internet
Namun, di antara banyak industri unggulan di Jepang, sektor internet terlihat sangat lemah. Sebagai negara maju, Jepang memiliki infrastruktur internet yang sangat baik dan populasi pengguna internet yang besar, tetapi tingkat penetrasi e-commerce-nya hanya 8%, jauh di bawah 37% yang ada di Cina. Di antara raksasa internet global, perusahaan Jepang bahkan sulit ditemukan.
Penyebab situasi ini meliputi: 1) skala pasar domestik Jepang yang terbatas, sulit untuk mendukung pertumbuhan perusahaan internet besar; 2) budaya konservatif yang tidak mendukung iterasi dan inovasi cepat di industri internet; 3) sistem layanan offline yang sempurna, yang melemahkan permintaan terhadap layanan internet; 4) penuaan populasi yang membatasi perkembangan industri baru; 5) ketergantungan yang berlebihan pada teknologi asing, yang mengakibatkan kehilangan periode emas perkembangan internet. Berbagai faktor yang saling bertumpuk, menyebabkan Jepang menjadi penonton di era internet seluler.
Transformasi Web3 Mencari Terobosan
Menghadapi keterlambatan dalam perkembangan internet, pemerintah Jepang mulai mengalihkan perhatian ke bidang Web3, berharap dapat melakukan percepatan. Pada bulan Mei tahun ini, Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, secara terbuka menyatakan akan mendorong perkembangan Web3 secara besar-besaran dari sisi kebijakan. Sejak itu, Jepang secara berturut-turut mengeluarkan serangkaian kebijakan seperti undang-undang stablecoin dan rencana pengembangan Web3, menunjukkan perhatian yang tinggi terhadap bidang ini.
Sebenarnya, perhatian Jepang terhadap Web3 sudah ada sejak lama. Di satu sisi, pandemi mengungkapkan kekurangan Jepang dalam ekonomi digital, mendorongnya untuk mempercepat transformasi digital. Di sisi lain, di bawah tekanan penuaan populasi, ekonomi digital yang berbasis aset ringan dipandang sebagai arah penting dalam transformasi ekonomi Jepang. Pada saat yang sama, keunggulan Jepang di bidang game dan anime juga sangat sesuai dengan konsep Web3 seperti metaverse dan NFT.
Dalam lingkungan regulasi yang longgar, industri Web3 Jepang telah menunjukkan potensi tertentu. Saat ini, Jepang memiliki 30 bursa cryptocurrency berlisensi, dengan lebih dari 6 juta pengguna yang membuka akun. Beberapa perusahaan terkenal seperti Bandai Namco, Sega, dan lainnya juga mulai berinvestasi dalam permainan berbasis blockchain. Institusi modal ventura seperti SoftBank, SBI, dan lainnya juga aktif berinvestasi dalam proyek Web3.
Prospek Masa Depan
Meskipun Jepang menunjukkan ambisi di bidang Web3, terbatas oleh faktor seperti skala pasar dan budaya inovasi, upaya untuk mengejar ketertinggalan dalam jangka pendek masih menghadapi banyak tantangan. Namun, melihat kembali sejarah perkembangan ekonomi Jepang, di bawah dorongan kebijakan pemerintah dan transformasi perusahaan, Jepang telah beberapa kali bangkit dari krisis. Kali ini, apakah Jepang dapat mengandalkan Web3 untuk mengulangi kejayaannya, masih perlu diuji oleh waktu. Namun yang pasti, Jepang telah menjadikan Web3 sebagai mesin pertumbuhan ekonomi yang penting, dan di masa depan pasti akan terus berfokus pada bidang ini.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
25 Suka
Hadiah
25
8
Posting ulang
Bagikan
Komentar
0/400
LiquidationWatcher
· 07-18 15:06
Sekali berbalik, sudah datang untuk mengurus web3, masih sedikit lambat.
Lihat AsliBalas0
Blockwatcher9000
· 07-16 11:16
Besar tidak besar, kecil tidak kecil
Lihat AsliBalas0
AirdropBlackHole
· 07-15 19:21
Ini sudah pasti! Jepang jangan gunakan web3 untuk bangkit.
Lihat AsliBalas0
TokenVelocity
· 07-15 19:21
Jangan bermimpi lagi, bekerja keraslah di ladang.
Lihat AsliBalas0
SigmaValidator
· 07-15 19:20
Catatan, setelah kenyang langsung tidur
Lihat AsliBalas0
CryptoSourGrape
· 07-15 19:15
Seandainya saya tahu lebih awal tentang Web3 di Jepang, saya sudah bekerja setahun yang lalu, sekarang semuanya terlewat.
Lihat AsliBalas0
NftPhilanthropist
· 07-15 19:11
lmao negara lain mencoba untuk mencuci citra ekonomi mereka dengan web3
Penataan Web3 di Jepang: Bisakah mengulangi keajaiban ekonomi?
Dari Kehilangan Menuju Kebangkitan: Jepang Menargetkan Web3 untuk Mencari Kebangkitan Ekonomi
Sebagai ekonomi terbesar ketiga di dunia, Jepang menghadapi banyak tantangan dalam beberapa tahun terakhir. Pandemi COVID-19 yang berulang, krisis utang yang semakin parah, dan masalah penuaan populasi membuat ekonomi Jepang terhambat. Untuk mencari titik pertumbuhan baru, Jepang kini mengalihkan perhatian ke teknologi internet generasi baru yang diwakili oleh Web3, berharap dapat mengulangi keajaiban lonjakan ekonomi di masa lalu.
Perkembangan Ekonomi Jepang yang Naik Turun
Melihat kembali perjalanan perkembangan ekonomi Jepang, dapat dilihat proses yang terus menerus hancur dan dibentuk kembali. Setelah Perang Dunia II, ekonomi Jepang sempat terjebak dalam kekacauan, tetapi berkat intervensi pemerintah yang kuat dan peluang yang dibawa oleh Perang Korea, Jepang dengan cepat bangkit dan menciptakan keajaiban pertumbuhan ekonomi yang mencolok. Pada tahun 1960-an, laju pertumbuhan ekonomi Jepang sempat mencapai 11,3%, menduduki posisi kedua di antara negara-negara Barat.
Sejak itu, Jepang mulai menerapkan strategi internasionalisasi, dengan struktur industri secara bertahap beralih ke bidang yang padat teknologi. Namun, pada awal 90-an, pecahnya gelembung ekonomi menyebabkan Jepang terjebak dalam stagnasi jangka panjang. Untuk menghadapi krisis, Jepang mempercepat langkah ekspansi globalnya, sekaligus meningkatkan investasi dalam penelitian dasar, dengan fokus pada pengembangan teknologi inti. Setelah tiga puluh tahun berkembang, meskipun Jepang tidak dapat mencapai pertumbuhan tinggi lagi, negara ini telah menjadi ekonomi terbuka yang matang dan mempertahankan posisi terdepan di beberapa sektor manufaktur kelas atas.
Kekurangan dalam Perkembangan Internet
Namun, di antara banyak industri unggulan di Jepang, sektor internet terlihat sangat lemah. Sebagai negara maju, Jepang memiliki infrastruktur internet yang sangat baik dan populasi pengguna internet yang besar, tetapi tingkat penetrasi e-commerce-nya hanya 8%, jauh di bawah 37% yang ada di Cina. Di antara raksasa internet global, perusahaan Jepang bahkan sulit ditemukan.
Penyebab situasi ini meliputi: 1) skala pasar domestik Jepang yang terbatas, sulit untuk mendukung pertumbuhan perusahaan internet besar; 2) budaya konservatif yang tidak mendukung iterasi dan inovasi cepat di industri internet; 3) sistem layanan offline yang sempurna, yang melemahkan permintaan terhadap layanan internet; 4) penuaan populasi yang membatasi perkembangan industri baru; 5) ketergantungan yang berlebihan pada teknologi asing, yang mengakibatkan kehilangan periode emas perkembangan internet. Berbagai faktor yang saling bertumpuk, menyebabkan Jepang menjadi penonton di era internet seluler.
Transformasi Web3 Mencari Terobosan
Menghadapi keterlambatan dalam perkembangan internet, pemerintah Jepang mulai mengalihkan perhatian ke bidang Web3, berharap dapat melakukan percepatan. Pada bulan Mei tahun ini, Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, secara terbuka menyatakan akan mendorong perkembangan Web3 secara besar-besaran dari sisi kebijakan. Sejak itu, Jepang secara berturut-turut mengeluarkan serangkaian kebijakan seperti undang-undang stablecoin dan rencana pengembangan Web3, menunjukkan perhatian yang tinggi terhadap bidang ini.
Sebenarnya, perhatian Jepang terhadap Web3 sudah ada sejak lama. Di satu sisi, pandemi mengungkapkan kekurangan Jepang dalam ekonomi digital, mendorongnya untuk mempercepat transformasi digital. Di sisi lain, di bawah tekanan penuaan populasi, ekonomi digital yang berbasis aset ringan dipandang sebagai arah penting dalam transformasi ekonomi Jepang. Pada saat yang sama, keunggulan Jepang di bidang game dan anime juga sangat sesuai dengan konsep Web3 seperti metaverse dan NFT.
Dalam lingkungan regulasi yang longgar, industri Web3 Jepang telah menunjukkan potensi tertentu. Saat ini, Jepang memiliki 30 bursa cryptocurrency berlisensi, dengan lebih dari 6 juta pengguna yang membuka akun. Beberapa perusahaan terkenal seperti Bandai Namco, Sega, dan lainnya juga mulai berinvestasi dalam permainan berbasis blockchain. Institusi modal ventura seperti SoftBank, SBI, dan lainnya juga aktif berinvestasi dalam proyek Web3.
Prospek Masa Depan
Meskipun Jepang menunjukkan ambisi di bidang Web3, terbatas oleh faktor seperti skala pasar dan budaya inovasi, upaya untuk mengejar ketertinggalan dalam jangka pendek masih menghadapi banyak tantangan. Namun, melihat kembali sejarah perkembangan ekonomi Jepang, di bawah dorongan kebijakan pemerintah dan transformasi perusahaan, Jepang telah beberapa kali bangkit dari krisis. Kali ini, apakah Jepang dapat mengandalkan Web3 untuk mengulangi kejayaannya, masih perlu diuji oleh waktu. Namun yang pasti, Jepang telah menjadikan Web3 sebagai mesin pertumbuhan ekonomi yang penting, dan di masa depan pasti akan terus berfokus pada bidang ini.